Selasa, 03 Januari 2017


I’JAZ AL-QUR’AN (KEMUKJIZATAN AL-QURAN)



Revisi makalah




MAKALAH

Dibuat untuk memenuhi tugas kelompok Ulumul Qur’an

Dosen pengampu: Afga Sidiq Rifai, M.Pd.I.



Dibuat oleh :

Niko Hantoro                          (16.0401.0007)

Munasikhatul Bariroh             (16.0401.0026)

Putri Nur Amalina                   (16.0401.0028)

Nur Ita Sari                             (16.0401.0029)

Beta Rahmawati                     (16.0401.0030)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2016

KATA PENGANTAR



Segala puji hanya milik  Allah SWT.  Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Ulumul Qur’an terlebih dalam kemu’jizatan Al-Qur’an, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini disusun oleh kami dengan berbagai rintangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Muhammadiyah  Magelang. Kami  sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk  itu,  kepada dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an  kami  meminta masukannya  demi  perbaikan pembuatan makalah  kami  di  masa  yang  akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

















DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL .................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR  ............................................................................................... 2

DAFTAR ISI  .............................................................................................................. 3

BAB I : PENDAHULUAN ....................................................................................... 4

  1. LATAR BELAKANG                                                                                               4
  2. RUMUSAN MASALAH  .............................................................................. 4

BAB II: PEMBAHASAN .......................................................................................... 5

  1. MAKNA KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN................................................... 5
  2. PETUNJUK AL-QUR’AN SEBAGAI MU’JIZAT....................................... 6
  3. SYARFAH...................................................................................................... 8
  4. CONTOH-CONTOH KEMU’JIZATAN AL-QURAN................................. 9
  5. FUNGSI KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN.................................................... 11

BAB III: PENUTUP                                                                                                              12

  1. KESIMPULAN ............................................................................................... 12

PERTANYAAN DAN JAWABAN ..........................................................................  13

















BAB I

PENDAHULUAN



  1. Latar Belakang
    Islam adalah agama yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits, oleh karena itu kita sebagai orang muslim harus mengetahui dan mempelajari apa saja yang diajarkan oleh islam melalui ilmu-ilmu yang membahas tentang ajaran islam dalam Al-Qur’an dan juga Hadits. Salah satunya yaitu kita harus mempelajari Ulumul Qur’an .
    Pada era sekarang ini masih banyak orang-orang yang tidak paham akan apa saja kemu’jizatan Al-Qur’an itu, maka dari itu kami penyusun makalah ini ingin mambahas apa saja yang menjadi mu’jizat dari Al-Qur’an, mulai dari pengertian hingga ayat-ayat yang menjadi penguat kemu’jizatan Al-Qur’an.



  1. RumusanMasalah
    Dalam penyusunan makalah ini dapat dirumuskan rumusan masalah

sebagaimana berikut:

a. Menjelaskan apa makna dari kemu’jizatan Al-Qur’an

b. Menjelaskan petunjuk Al-Qur’an sebagai mu’jizat

c. Menjelaskan apa itu Syarfah

d. Menjelaskan contoh-contoh kemu’jizatan Al-Qur’an

e. Menjelaskan fungsi kemu’jizatan Al-Qur”an









BAB II

PEMBAHASAN



  1. MAKNA KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN

AL-Qur’an pertama kali berinteraksi dengan masyarakat Arab pada masa Nabi Muhammad Saw. Keahlian mereka adalah bahasa dan sastra Arab. Di mana-mana terjadi musabaqoh (pelombaan) dalam menyusun syair atau khutbah, petuah dan nasehat. ( M. Quraish Shihab, 2006: 111 )

Sebenarnya orang-orang yang hidup pada masa turunnya Al-Qur’an adalah masyarakat yang paling mengetahui tentang keunikan dan keistimewaan Al-Qur’an serta ketidak mampuan manusia untuk menyusun semacamnya. Tapi, sebagian mereka tidak bisa menerima pesan-pesan yang terkandung dalam Al Qur’an merupakan sesuatu yang baru dan karena ketidak sejalanan Al-Qur’an dengan adat istiadat serta bertentangan dengan kepercayaan mereka. Tetapi, bukankah yang disampaikan Muhammad s.a.w itu adalah firman Allah? Bukankah mereka sendiri menyadari keindahan bahasanya? Tetapi bagaimana dengan adat dan kepercayaan para leluhur? Al-Qur’an harus ditolak. Begitulah kesimpulan salah satu tokoh pada masa itu. Kemudian mereka memikirkan bagamana cara untuk menolak Al-Qur’an. ( M. Quraish Shihab, 2006:112 )

Rupanya dalam hal penolakan, mereka tidak memperoleh kata sepakat. Oleh karena itu, mereka menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah syair. Bahkan melebihi syair para penyair. Tetapi Al-Qur’an tidak seperti syair yang mereka kenal. Demikian mereka menolak Al-Qur’an dengan alasan dan cara yang mereka sendiri tidak bisa menerimanya. Kalau demikian tidak heran jika Al-Qur’an menantang mereka untuk menyampaikan ketidak mampuan siapapun untuk bisa menyamainya melalui Nabi Muhammad Saw. Seperti dijelaskan dalam surat Al-Isyra’: 88

قُللَّئِنِٱجْتَمَعَتِٱلْإِنسُوَٱلْجِنُّعَلَىٰٓأَنيَأْتُوا۟بِمِثْلِهَٰذَاٱلْقُرْءَانِلَايَأْتُونَبِمِثْلِهِۦوَلَوْكَانَبَعْضُهُمْلِبَعْضٍظَهِيرًا

Artinya: “Katakanlah (sampaikanlah) seandainya manusia dan jin berhimpun untuk menyusun semacam Al Qur’an ini, mereka tidak akan mampu melakukannya walaupun mereka saling membantu.

Karena mereka mengklaim bahwa Al Qur’an bukan firman Allah SWT, dan dalam saat yang sama, keahlian mereka adalah dalam aspek susunan bahasa maka tidak heran jika tantangan pertama yang dikemukakan Al Qur’an kepada yang ragu diantara mereka adalah “menyusun kalimat-kalimat semacam Al Qur’an (minimal dari segi keindahan dan ketelitiannya)”.

Dari sini kita dapat berkata bahwa keunikan dan keistimewaan Al Qur’an dari segi bahasa merupakan kemukjizatan utama dan pertama yang ditunjukkan kepada masyarakat Arab yang dihadapi Al Qur’an 15 abad yang lalu. Kemukjizatan yang dihadapkan kepada mereka saat itu, bukan dari segi isyarat ilmiah, dan bukan pula segi pemberitaan ghaibnya, karena kedua aspek ini berada diluar pengetahuan dan kemampuan mereka bahkan merekapun menyadari kelemahan mereka dalam bidang bahasa. ( M. Quraish Shihab, 2006: 113 )

Jadi mukjizat Al-Qur;an ditinjau dari aspek kebahasaan ialah menguraikan bahwa sebelum seseorang terpesona dengan keunikan dan kemu’jizatan kandungan Al-Qur’an terlebih dahulu ia akan terpukau oleh beberapa keistimewaannyayang berkaitan dengan susunan kata dan kalimatnya, seperti nada dan langgamnya, sifat redaksinya yang singkat tapi sarat makna, pemuasan akal dan kalbu, pemuasan cendikia dan orang kebanyakan, serta keindahan dan ketepatan maknannya. ( M. Quraish Shihab, 2006:221)



  1. PETUNJUK AL-QUR’AN SEBAGAI MU’JIZAT

Pakar Al-Qur’an dan hukum islam, Imam Al-Qurthubi yang dinilai sebagai ulama pertama yang menggaris bawahi aspek kemu’jizatan Al-Qur’an yang ditinjau dari segi oetunjuk atau syariatnya dari sepuluh aspek kemu’jizatan yang dikemukakannya, Sayyid Muhammad Ridha (1865-1935 M) secara tegas juga berpendapat demikian, sebagaimana dikemukakannya dalam jilid pertama Tafsir Al-Manar. ( M. Quraish Shihab, 2006: hal 222 )

Sa’duddin As-Sayyid Shaleh, ketua jurusan aqidah dan filsafat serta dekan Fakultas Ushuludin Al-Azhar di Zaqaziq, dalam Pasal VII bukunya, Al-Mu’jizah wa Al-I’jaz Al-Qur’an Al-Karim,menegaskan bahwa kemu;jizatan dalam aspek ini menurutnya adalah karena Al-Qur’an telah membawa satu bevtuk aqidah baru yang belum pernah dikenal sebelumnya, baik di lingkungannyamaupun oleh penganut agama samawisebelumnya. Ketuhanan yang diajarkannya jelas berbeda dengan konsep ketuhanan Yahudi, Nasrani, Persia dan lain-lain. ( M. Quraish Shihab, 2006:223 )

Dalam bidang syariat Al-Qur’an menetapkan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, yaitu antara sesama muslim atau nonmuslim, baik di rumah, di dalam masyarakat, bangsa maupun alam lingkungan masyarakat internasional. ( M. Quraish Shihab, 2006: 223 )

Muhamad Abdul Azhim Az-Zarqani dalam bukunya Manahil Al-‘Irfan mengemukakan bahwa aspek kemu’jizatan Al-Qur’an beberapa contoh dari ayat-ayat yang berbicara tentang keesaan Allah serta kesesatan penganut agama lain, sebagai bukti kemu’jizatan Al-Qur’an. ( M. Quraish Shihab, 2006: 224 )

Sebagai muslim kita meyakini bahwa Al-Qur’an dalampetunjuknya amat istimewa dan sempurna. Petunjuk-petunjuknya mengarah kepada jiwa dan substansi yang mengantar manusia dan masyarakat menuju kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin. Hal ini didukung oleh sifat petunjuk-petunjuknya yangpada umumnya bersifat global. Yang rinci hanyalah yang berkaitan dengan persoalan yang tidak dapat dijangkau oleh nalar manusia, sepertipersoalan metafisika. ( M. Quraish Shihab, 2006: 224 )

Sisi keistimewaan petunjuk Al-Qur’an dapat juga terlihat pada prinsip yang diperkenalkannya, yaitu prinsip yang berfungsi sebagai “hak veto” terhadap rincian ketetapan-ketetapannya, sehingga melalui prinsip tersebut, rincian ketetapan dapat disesuaikan bahkan dibatalkan. Al-Qur’an misalnya membenarkan seseorang memakan daging babi bila ia berada dalam keadanna darurat. Kewajiban puasa dapat gigir bila yang bersangkutan dalam melakukannya mengalami kesulitan yang berat. ( M. Quraish Shihab, 2006: 225 )

Perlu diketahui bahwa  memang terdapat banyak ayat Al-Qur’an baik dalam bentuk rangkaian maupun penggalan dari satu ayat iang sungguh istimewa dan mengagumkan kandungannya. Petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dalam sekian banyak hal paling tidak mendahului uraian para pakar kemanusiaan, atau kalau ada yang sebelumnya meragukan keistimewaannya, namun pada akhirnya mereka kembali mengakui keunggulannya.( M. Quraish Shihab, 2006: 231 )



  1. SYARFAH
    Pembahasan di atas telah menguraikan bahwa kemu’jizatan Al Qur’an pada umumnya, terletak pada informasi-informasi ghaibnya, ilustrasi, dan formulasi kebahasaannya. Inilah pendapat ulama secara umum. Tetapi, sebagian ulama Muktazilah, yakni Abu Ishaq Ibrahim bin Sayyat al-Nazam dan para pengikutnya berpendapat lain. Mereka menyatakan bahwa kemu’jizatan Al Qur’an itu bukan terletak pada faktor-faktor tersebut, tetapi justru karena Allah mengalihkan perhatian bangsa Arab agar tidak menandingi Al Qur’an, padahal mereka mampu untuk melakukannya. Inilah yang dalam istilah mereka yang biasa disebut sharfah. Jadi, kemukjizatan Al Qur’an itu bukan karena Al Qur’an sendiri, melainkan karena faktor kekuatan lain di luar Al Qur’an yang menjaga ketat Al Qur’an sehingga bangsa Arab tidak dapat (dan pasti tidak mungkin) melakukan rivalitas terhadapnya.

  1. Sementara itu, Abu Hasan Ali ibn Isa ar-Rumani, juga seorang tokoh besar Muktazilah, melihat lebih jauh lagi. Ia mengatakan bahwa Allah mengalihkan perhatian umat manusia sehingga mereka tidak mempunyai keinginan menyusun suatu karya untuk menandingi Al Qur’an. Ketidaktertarikan orang untuk melakukan rivalitas terhadap kitab suci ini sudah merupakan sesuatu yang luar biasa. Dengan demikian, menurut kedua tokoh Muktazilah ini, kemu’jizatan Al Qur’an itu terletak pada faktor lain di luar Al Qur’an sendiri, yakni bahwa Allah melarang manusia melahirkan karya setingkat Al Qur’an, padahal di antara mereka, boleh jadi ada yang mampu melakukannya. Itulah kesimpulan al-Baqilani terhadap pendapat kedua tokoh tersebut di atas. ( Drs. H. Ahmad Izzan, M. Ag, 2011: 145 )
    Secara rinci, az-Zarkasyi mengemukakan kelemahan argumentasi an-Nazham danar-Rumani di atas dengan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
  2. Firman Allah pada surat al-Isra’ ayat 88 memperlihatkan kelemahan bangsa Arab menyusun karya besar yang sejajar dengan Al Qur’an. Kalau pun Allah yang melarang mereka, yang mu’jiz (melemahkan) itu bukanlah Al Qur’an, melainkan Allah sendiri. Padahal ayat itu menantang mereka untuk segera menyusun karya yang sejajar dengan Al Qur’an, bukan untuk menandingi kebenaran Tuhan.
  3. Kemu’jizatan Al Qur’an terhadap masyarakat Arab, saat itu, berupa karya yang sangat spesifik, yaitu dari segi isi dan bahasanya belaka mungkin saja mereka mampu, tetapi dari segi isi dan ilustrasinya, mereka akan sangat mengalami kesukaran dan tidak akan mampu.
  4. Al Qur’an mengemukakan hal-hal gaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang dalam kehidupan dunia ini, selain berita-berita alam akhirat yang akan dialami umat manusia kelak. Segala yang dikemukakan Al Qur’an tersebut terbukti kemudian dalam perjalanan hidup manusia. Misalnya, Allah menceritakan bahwa umat islam akan menjadi adikuasa di dunia ini yang dikemukakan dalam surat an-Nurayat 55, dan telah terjadi pada puncak kejayaan pada era Dinasti Abbasiyah dan tiga kerajaan besar, yakni Mughal, Safawi, dan Turki Utsmani antara abad 15-17 M. Al Qur’an juga menceritakan Kerajaan Romawi Timur akan hancur yang dikemukakan pada surat ar-Rum ayat 1-2. Ini terbukti pada abad 14 M, pasca kejayaan Dinasti Abbasiyah, pada masa kekuasaan Kesultanan Turki Utsmani. ( Drs. H. Ahmad Izzan, M. Ag, 2011: 146)
  5. Al Qur’an juga mengemukakan kisah-kisah lama yang tidak terangkat dalam cerita-cerita rakyat Arab, seperti kisah Nabi Nuh, Nabi Luth, Nabi Musa, dan Harun, serta kisah-kisah Nabi lainnya dan perlawanan masyarakatnya terhadap dakwah mereka, serta akibat-akibat dari perlawanan tersebut. ( Drs. H. Ahmad Izzan, M. Ag, 2011:147 )


  1. CONTOH-CONTOH KEMU’JIZATAN AL-QURAN

  1. Di dalam Al Qur’an terdapat berita-berita dan janji-janji mengenai masa yang akan datang. Kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan adalah di luar kekuasaan manusia untuk mengetahuinya. Memang ada ramalan-ramalan tukang tenung mengenai masa depan, tetapi itu hanya ramalan yang tiada dapat dijamin kebenarannya, tetapi semua berita-berita dan janji-janji yang tersebut dalam al qur’an adalah benar dan telah menjadi kenyataan seperti: kerap kali kaum Musyrikin Mekah sebelum hijrah menantang kaum Muslimin dan mengatakan: “Bangsa Rum yang mempunyai kitab Injil telah dikalahkan oleh orang Persia (waktu itu menganut agama Majusi).” Maka kami pasti akan mengalahkan kamu, karena kamu adalah ahli kitab pula. Kemudian turunlah surat (30) Ar Rum ayat 2-3 :

    غُلِبَتِالرُّومُفِيأَدْنَىالْأَرْضِوَهُمْمِنْبَعْدِغَلَبِهِمْسَيَغْلِبُونَ

Artinya: “Telah dikalahkan kerajaan Rum di negeri yang terdekat dan mereka sesudah

kalah itu akan menang lagi dalam beberapa tahun.”

            Memang kerajaan Rum di waktu turunya ayat ini dalam keadaan sangat lemah dan tidak mungkin akan bangun lagi. Tetapi apa yang diberitakan Al Qur’an telah menjadi kenyataan dalam beberapa tahun kemudian.



  1. Di dalam Al Qur’an terdapat pula fakta-fakta ilmiah yang tidak mungkin diketahui manusia di tanah Arab pada waktu itu, tetapi fakta-fakta tersebut dijelaskan dengan tepat dan sekarang diakui kebenarannya, seperti: Pada masa turunnya Al Qur’an ilmu kedokteran di tanah Arab boleh dikatakan tidak ada, yang ada hanya ilmu pengobatan secara primitive dan takhyul. Namun demikian Al Qur’an menerangkan dalam surat (23) Almu’minuun ayat 12, 13, dan 14 :

    وَلَقَدْخَلَقْنَاالْإِنْسَانَمِنْسُلَالَةٍمِنْطِين ٍثُمَّجَعَلْنَاهُنُطْفَةًفِيقَرَارٍمَكِينٍثُمَّخَلَقْنَاالنُّطْفَةَعَلَقَةًفَخَلَقْنَاالْعَلَقَةَمُضْغَةًفَخَلَقْنَاالْمُضْغَةَعِظَامًافَكَسَوْنَاالْعِظَامَلَحْمًاثُمَّأَنْشَأْنَاهُخَلْقًاآخَرَ ۚفَتَبَارَكَاللَّهُأَحْسَنُالْخَالِقِين ٍ
    Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
                Pada mulanya ahli-ahli falak menetapkan bahwa matahari tetap, tidak berjalan (beredar) dan hanya bumilah yang beredar di sekeliling matahari, tetapi Al Qur’an menegaskan bahwa matahari juga berjalan. Dalam surat (36) Yasin ayat38 :
    وَالشَّمْسُتَجْرِيلِمُسْتَقَرٍّلَهَاذَلِكَتَقْدِيرُالْعَزِيزِالْعَلِيمِ
    Artinya: “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”



  1. FUNGSI KEMU’JIZATAN AL-QUR’AN
    Fungsi diturunkannya Al Qur’an adalah untuk memberikan jawaban kepada berbagai persoalan umat manusia dan memberikan jalan keluar dalam menyelesaikan persoalan-persoalan dan perselisihan yang dihadapi masyarakat.
    Allah s.w.t. akan memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya di seluruh penjuru dunia dan pada diri manusia sendiri sehingga terbukti kebenarannya bahwa Al Qur’an adalah benar merupakan Mu’jizat Nabi Muhammad s.a.w..















BAB III

PENUTUP



  1. Kesimpulan
    Secara bahasa mu’jizat juga berasal dari kata a’jazayu’jizui’jazan yang artinya melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Sedangkan mu’jizat terbagi menjadi dua, yaitu mu’jizat meterialindrawi yang bersifat tidak kekal dan berlaku untuk jaman tertentu, dan mu’jizat immaterial, bersifat kekal dan abadi, yang dapat dibuktikan sepanjang masa, dan berlaku sampai dunia ini berakhir.
    Unsur mu’jizat ,yaitu hal atau peristiwa yang luar biasa terjadi dipaparkan oleh seorang nabi yang mengandung tantangan terhadap yang meragukan.
    Al-Qur’an tersebar luas di bumi ini, termasuk di jazirah Arab khususnya di Kota Makkah, yang merupakan daerah yang belum mengenal peradaban dan kebudayaan metropolis sebagaimana yang telah dihasilkan oleh berbagai masyarakat yang dianggap maju.
    Al-Qur’an dibawa oleh Rasulullah dan disebarluaskan kepada penduduk bumi ini oleh salah seorang penduduk Makkah yang belum pernah mengecap pendidikan dan pengajaran yang dinyatakan dalam Al-Qur’an.








           









PERTANYAAN DAN JAWABAN



  1. Unsur-unsur kemukjizatan Al Quran

  1. Kefasihan dan Keindahan Al Quran
    Artinya untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam setiap masalah, Allah SWT menggunakan kata dan kalimat yang paling lembut, indah, ringan, serasi dan kokoh. Melalui cara tersebut, Allah menyampaikan makna-makna yang dimaksudkan kepada mukhatab (audiens), yaitu melalui sastra yang paling baik dan mudah dipahami.
  2. Ke-Ummi-an Nabi saw
    Al Quran mengandung berbagai ilmu pengetahuan yang paling tinggi, paling luhur dan berharga nilai-nilai akhlaknya, paling adih dan kokoh undang-undang pidana dan perdatanya, paling berpengaruh dan bermanfaat nasehat-nasehat dan wejangannya, paling menarik kisah-kisah sejarahnya, dan paling baik metode dan pengajarannya. Dengan demikian, kedatangan Al Quran dengan segenap keistimewaan dan keunggulannya dari seseorang yang ummi merupakan unsur lain dari kemukjizatan kitab suci tersebut.
  3. Konsistensi Kandungan Al Quran
    Kepaduan, konsistensi dan ketiadaan kontradiksi di dalam kandungan Al Quran serta ihwal kemukjizatannya ini merupakan bukti lain bahwa kitab tersebut datang dari sumber ilmu yang tetap dan tidak terbatas, yakni Allah Yang Kuasa atas alam semesta, dan tidak tunduk pada fenomena alam dan perubahan beraneka ragam.


  1. Pada zaman modern ini masih bisa merasakan kemukjizatan yang terbukti secara ilmiah. Seperti :

  1. Garis Edar Matahari
    (QS : 36 : 38) “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang  Maha Perkasa lagi maha Mengetahui. Dulu orang berfikir matahari berjalan mengelilingi bumi, maka ketika mereka baca ayat diatas mereka berfikiran yang sama dan mereka mempercayainya. Sekarang telah diketahui bumi mengelilingi matahari. Ayat diatas ternyata juga menunjukkan kebenarannya. Faktanya matahari adalah bintang dalam sayap galaxy bimasakti yang beredar mengelilingi pusat galaxy. Maha Besar Allah yang membuat ayat yang bisa diterima di setiap zaman.
  2. Matahari mengeluarkan cahaya sedangkan bulan hanya memantulkan cahaya
    (Q.S. Nuh ayat 16) “Dan Allah menciptakan padanya Bulan sebagai cahaya dan menjadikan Matahari sebagai pelita. Mengapa bila dulu manusia menganggap matahari dan bulan sama-sama bercahaya kenapa al quran membedakan bahwa bulan bercahaya (dari pantulan dan matahari ) sumber cahaya. Karena al quran bukan ucapan manusia melainkan kalam Allah.


  1. Manfaat I’jaz Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari :

  1. Sebagai pembukti kebenaran Allah yang dibawa oleh para nabi. Sehingga diharapkan mereka mempercayai apa yang disampaikan oleh para nabi dan mengikuti ajarannya.
  2. Untuk mengalahkan sihir yang dimiliki oleh ahli sihir. Dengan demikian, para penganut ajaran setan diharapkan bisa sadar. Biasanya salah satu watak manusia ketika dikalahkan akan berbalik mengakui kehebatan musuhnya. Demikian pula ketika kehadiran para nabi yang memiliki mukjizat telah mengalahkan kehebatan para pemimpin mereka, akan dengan mudah berbalik dan menganggap para nabi sebagai pemimpin.
  3. Untuk peringatan kepada umat manusia apabila mereka menentang ajaran Allah maka akan ada adzab yang sangat pedih.
  4. Meningkatkan keyakinan dan keimanan seseorang akan kebenaran ajaran Allah yang dibawa para nabi


  1. Kemukjizatan al-quran yang menjadi fenomena sejarah:
    Al Qur’an menerangkan dalam surat (23) Al-mu’minuun ayat 12, 13, dan 14 yang Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan sari pati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.



  1. Kemukjizatan yang sering kita lupakan

  1. Al-quran adalah kalam Allah. Hal ini memberikan pengertian bahwa al-quran bukan merupakan ucapan nabi, malaikat ataupun manusia. Al-quran adalah firman Allah yang diturunkan melalui wahyu. Kebenarannya sebagai wahyu memberikan jaminan kesempurnaan dan kebebasannya dari kekurangan sebagaimana yang ada pada semua kitab selain al-quran bukanlah makhluk. Kebenaran yang ada didalamnya adalah mutlak.
  2. Mukjizat yang abadi. Mukjizat adalah hal luar biasa yang diberikan kepada para nabi sebagai bukti kenabiannya. Al-quran adalah mukjizat nabi Muhammad, yang terbesar dan abadi. Kemukjizatannya dapat dilihat dari kemurniaannya. Al-quran tidak pernah berubah meskipun hanya satu huruf dari dulu sampai kelak akhir zaman. Allah menjamin untuk menjaganya sehingga tidak akan pernah mengalami perubahan.
  3. Diturunkan ke dalam hati nabi Muhammad. Keberadaannya sebagai wahyu yang diturunkan kedalam hati nabi Muhammad memberikan pengertian bahwa ia bukan sekedar dibaca atau dihafal secara lisan, al-quran akan memberikan manfaat apabila interaksi dengannya merupakan interaksi qolbiyah (hati). Interaksi ini yang akan menggerakkan hingga tercipta perubahan. Hubungan lisan akan menghasilkan perubahan lisan, demikian hubungan hati dengan hati akan mampu menggerakan seluruh sendi kehidupan.